mari bersama membangun gerakan .: Taujih kader
KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR2008
Tampilkan postingan dengan label Taujih kader. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Taujih kader. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 April 2008

PEMUDA DI JALUR KEBANGKITAN NASIONAL KEDUA


Oleh: Taufik Amrullah, ST, ME
Ketua Umum KAMMI Pusat

Sesampainya kita pada 29 Maret 2008 menandai 10 tahun kelahiran organisasi KAMMI yang dideklarasikan di Malang 29 Maret 1998. KAMMI kemudian terlibat dalam berbagai aksi perjuangan reformasi Mei 1998 dan selanjutnya menempatkan diri sebagai salah satu ormas pemuda yang beritikad baik memberi sumbangsih perjuangan demokrasi dan kekesejateraan Indonesia. Dalam masa transisi ini KAMMI sebagai gerakan mahasiswa efektif sebagai gerakan pemukul dan reaktif terhadap kebijakan yang tidak pro rakyat, hingga kerap pula berseberangan dengan gerakan lainnya.

10 tahun setelah kelahirannya, dengan segenap dinamika kebangsaan menandai babak baru perjuangan KAMMI. KAMMI kemudian tidak sekedar ideologisasi gerakan tapi lebih kuat dengan gagasan perubahan yang konkrit, gerakan aksi sekaligus pemberi solusi bagi perbaikan bangsa. Reidentifikasi organisasi KAMMI sebagai gerakan mahasiswa yang sekaligus menjadi gerakan pemuda (OKP) dan ormas Islam yang membina mahasiswa Indonesia menjadi pemimpin perubahan di negeri ini. Serta KAMMI yang lebih inklusif, terbuka bagi setiap gagasan perubahan dan mampu bekerjasama dengan semua pihak

Karenanya di momen bersejarah ini, KAMMI di tahun 2008 bersiap menjadi Ormas Pemuda yang solid dan besar di Indonesia, yang mampu memberi warna bagi kehidupan berbangsa yang lebih humanis dan penuh harapan. KAMMI juga berkomitmen menjadi akselerator dan pelaku penting Kebangkitan Nasional Kedua yang sebentar lagi akan kita peringati 100 tahun kebangkitan nasional. KAMMI akan terus memperkuat semangat kebangsaan dan menegaskan komitmen pembangunan ummat serta berkontribusi besar dalam 'Membangkitkan Kembali Indonesia'. Upaya membawa pencerahan, pembaharuan dan menjadi perekat persaudaraan diantara ormas pemuda Indonesia dengan terus berkomunikasi dan bekerjasama dengan setiap elemen untuk kemajuan bangsa adalah komitmen KAMMI agar daya dobrak pembaharuan semakin kuat.

Betapa pun kita menyadari tantangan pemuda dan mahasiswa saat ini berbeda dengan mahasiswa dalam dinamika reformasi '98 karena perubahan zaman dan cara pandang para aktifisnya. Pemuda Mahasiswa pasca '98 relatif pragmatis rasional dalam memandang situasi, sehingga ideologisasi dan agitasi bukan hal mudah bagi pemimpin pergerakan saat ini. Belum adanya momentum sebesar reformasi '98 yang menyatukan common agenda mahasiswa dan rakyat ditambah masing-masing kelompok masyarakat sudah mampu mengadvokasi kepentingannya sendiri-sendiri, membuat gerakan mahasiswa kehilangan format gerakan dan daya jelajahnya.

Terabaikannya peran pemuda dan mahasiswa dalam dinamika kebangsaan, dan pelemahan secara sistematis gerakan mahasiswa pasca pemilu 2004 memungkinkan daya kritis dan keberdayaan pemuda semakin memudar. Semakin terpolarisasinya berbagai kekuatan politik, diikuti pula polarisasi gerakan mahasiswa. Masing-masing elemen gerakan punya agenda sektoral sendiri, belum ada common sense dan common interest menuju titik utama pembaharuan. Pemuda mahasiswa saat ini bisa bergerak karena tekanan yang sangat kuat dari keadaan rakyat dan realitas sosial yang mencengangkan, seperti kemiskinan, krisis pangan, kenaikan harga sembako, kejahatan perbankan dan seribu satu tragedi kemanusiaan yang nyata setiap harinya.

Perubahan paradigma pemuda memandang diri dan bangsanya mutlak menjadi agenda awal sebelum terjun dalam kancah perjuangan memimpin perubahan. Pemuda mahasiswa harus mengembalikan kepercayaan rakyat dengan berbagai aksi advokasi kerakyatan dengan mengesampingkan perbedaan ideologi dan kepentingan kelompok. Pemuda juga harus mampu menempatkan diri sebagai subjek bukan objek perubahan, selanjutnya pemuda jangan terjebak dalam subordinasi siapapun selain kepentingan rakyat dan bangsa, agar lebih leluasa menentukan arah perjuangan yang direncanakan. Selain kesadaran akan peran sebagai salah satu pilar Governance (Civil Society), pemuda dan mahasiswa perlu memperkuat modal sosial dan politiknya untuk mengakselerasi perubahan. Peran Institusionalisasi organisasi semakin penting di dunia yang terbuka dibanding 'underground culture' serta perlunya merencanakan dan menciptakan momentum sekaligus menyediakan solusi strategis bagi transisi pasca momentum.

Bila gerakan pemuda dan mahasiswa telah menganalisa situasi kebangsaan, mengukur keberdayaannya dan menyiapkan agenda strategis bagi perbaikan negeri. Maka momentum terbuka lebar dan memberi kepercayaan serta tempat terhormat bagi pemuda mahasiswa menjadi pelakon sejarah kebangkitan nasional kedua ini. 100 tahun kebangkitan nasional dan 10 tahun reformasi adalah sejarah bangsa yang melibatkan banyak pergerakan, mereka adalah sebagian besarnya pemuda yang memiliki semangat kebangsaan sekaligus komitmen keummatan yang tinggi. Pemuda saat ini tentu ingin menuliskan sejarahnya sendiri.

Karena itu kita perlu memenuhi beberapa syarat menuju kebangkitan nasional untuk menempatkan pemuda sebagai pemimpin perubahan, diantaranya :

* Ide dan semangat besar,
* Kebersamaan (baik gagasan maupun agenda),
* Inisiatif kelompok, dan
* Bersatunya pemuda mahasiswa dan rakyat


Pemuda Indonesia saat ini membutuhkan ide dan semangat besar untuk memimpin kebangkitan negeri. Sejarah mengajarkan, kaum intelektual menengah adalah inisiator perjuangan kemerdekaan dan pembangun bangsa. Para Founding Fathers adalah mereka yang selalu berpikir besar dengan gagasan yang orisinil dan pesan akan pentingnya semangat kejuangan membela dan mempertahankan kemerdekaan.

Kita harus membangun kebersamaan dan mengumpulkan gagasan kebangkitan dalam idealita dan agenda bersama (common agenda). Inisiatif sekelompok kreatif yang menggelindingkan gagasan hingga membesar mesti menjadi pekerjaan sehari-hari para aktifis pergerakan. Jika snowball gagasan terakumulasi, akan tercipta ruang aktivisme yang nyata di lapangan, sehingga seluruh komponen bangsa bersatu terkonvergensi menuju titik yang sama, Kebangkitan Nasional Kedua!!

Saat ini telah lahir kesadaran umum bagi kaum muda untuk bangkit menyelamatkan negeri dari keterpurukan berkelanjutan. Ini adalah sinyal positif bagi tumbuhnya rasa kebangsaan yang tinggi, dan secara pasti menuju arah yang sama, Menjadi Indonesia!!!
100 tahun kebangkitan nasional dan 10 tahun reformasi membutuhkan medium perekat semangat nasionalisme untuk membangun nusantara tercinta, saatnyalah pemuda Indonesia meneguhkan kebersamaan untuk Membangkitkan Indonesia, dan KAMMI akan menjadi bagian penting di dalamnya!!!

Selamat Milad ke-10 KAMMI, kepada segenap senior dan alumni, pengurus dan anggota KAMMI seluruh Indonesia. Semoga KAMMI tetap konsisten dengan garis perjuangannya dan bersiap menuju takdir baru kebangkitan umat dan bangsa Indonesia. Salam Perjuangan!! !

Selasa, 25 Maret 2008

Maulid, Umat, dan Momentum

Rijalul Imam*

Peringatan maulid Nabi dapat dilihat dari berbagai dimensi. Setiap dimensi memiliki muatan hikmah tersendiri yang satu sama lain terpadu pada spirit kesadaran profetik-historis yang pemaknaannya berdampak, selain pada keimanan, juga pada perubahan di masa depan. Baik dilihat dari sosok Muhammad sebagai pribadi yang dilahirkan atau Nabi yang diutus. Begitu juga setting sosial, sejarah, dan posisi geografis Makkah sebagai medan awal pemunculan kerasulannya, tentu memberi muatan pesan yang kuat untuk disampaikan pada umat manusia mengenai kebenaran dan gerakan perubahan (dari kegelapan menuju cahaya).

Salah satu pemaknaan penting maulid Nabi ini ditinjau dari sudut momentum, yakni momentum pemunculan kepemimpinan bangsa. Setidaknya ada dua hal signifikan yang perlu diungkap. Pertama dimensi pilihan setting sosial-politik diturunkannya wahyu. Kedua, dimensi perubahan sosial dari gerakan kepemimpinan nabi.



Makkah-Madinah

Makkah adalah tempat perlintasan perdagangan negara-negara utara dan selatan di jazirah Arabia. Daerah perlintasan ini memungkinkan tidak adanya kekuatan politik dominan yang hegemonik. Semua suku terjamin dan memiliki hak yang sama dalam pengelolaan dan penjagaan wilayah Makkah, termasuk bila ada orang asing yang dijamin oleh salah satu suku tidak bisa diganggu oleh suku lainnya di sana. Tak terkecuali suku Quraisy. Dalam konteks setting sosial demikian wahyu diturunkan di tengah-tengah masyarakat yang egaliter. Dapat dimengerti masyarakat yang akan dibangun oleh wahyu di sini adalah masyarakat baru yang egaliter.

Masyarakat egaliter merupakan prasyarat yang harus dipenuhi bagi sebuah bangsa yang ingin bangkit. Tanpa egalitarianisme, masyarakat Islam sulit berkembang. Seandainya wahyu turun di India, tentu produk masyarakat Islam yang dilahirkan akan berkasta-kasta. Maka bagi sebuah bangsa,
seperti Indonesia ini, pasca jatuhnya orde baru yang hegemonik, bangsa ini harus mengembangkan sikap egalitarian yang suku satu dengan suku yang lain tidak dominan tapi saling menghormati dan bekerja sama.

Egalitarianisme dalam konteks umat, penting dikembangkan spirit ¡keakuan¢ dan ¡kekitaan¢. Keakuan adalah spirit substansial yang memperkokoh jati diri sebagai umat Islam. Umat Islam harus percaya diri dengan akidah, syariah, dan sistem peradaban yang dimilikinya di tengah-tengah hegemoni budaya, politik, dan ekonomi kapitalisme liberal yang mengarahkan pada dehumanisasi global. Sedangkan kekitaan adalah spirit kolektif yang memperkokoh persatuan kita sebagai bangsa, sebagai Indonesia. Identitas keindonesiaan penting dibangun karena hingga kini fakta politik umat Islam selalu terpinggirkan. Wacana (pengetahuan kolektif) masyarakat masih menganggap politik Islam sebagai partisan. Pertentangan politik identitas tidak lagi relevan. Sebab baik mereka yang mengklaim Islam maupun paling nasionalis, sama-sama muslimnya. Dimensi ¡aku¢ vis a vis ¡kamu¢ yang berhadapan perlu digantikan oleh dimensi ¡aku¢ dan ¡kita¢ agar umat ini dapat bekerja bergandegan tangan membangun Indonesia.



Suku Quraisy

Kendati pun konsep egalitarian demikian, dalam sebuah bangsa selalu ada satu suku yang ditinggikan keutamaannya. Dalam konteks Makkah, suku Quraisy mendapat legitimasi kuat untuk memimpin Makkah. Kelebihan kaum Quraisy ini terletak pada keturunan langsung Nabi Isma¢il dan mendapat amanah pemegang kunci pintu Ka¢bah turun temurun. Pasca Muhammad diangkat sebagai Rasulullah, legitimasi Quraisy semakin kuat. Terlebih Allah sendiri menyebut nama suku tersebut sebagai salah satu nama surah dalam al-Qur¢an.

Satu hal yang penting diapresiasi di sini adalah fakta mental-sosial kaum Quraisy memang memiliki keunggulan tersendiri yang membuat bangsa-bangsa lain menghormatinya, memberi keamanan pada mereka, dan menjamin keberlangsungan kehidupan mereka di negeri lain. Hal ini direkam dalam surah Quraisy tepatnya pada ayat empat. Dalam surah itu dijelaskan apabila mereka melakukan perjalanan ke Utara (Yaman) di musim dingin dan ke negara-negara Selatan (Syam) di musim panas, mereka mendapatkan jaminan keamanan dan makanan.

Yang membuat mereka mendapat jaminan internasional oleh bangsa-bangsa lain, seperti diungkap oleh Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasyaf, adalah etos kerjanya. Lafadz ilaf dalam kitab-kitab tafsir diartikan sebagai kebiasaan. Yakni kebiasaan orang-orang Quraisy untuk melakukan perdagangan internasional lintas negara. Lebih lanjut Zamakhsyari menganalisis kedalaman kebiasaan perjalanan kaum Quraisy ini yang membedakan dengan kaum lainnya dari lafadz ilaf yang disebutkan dua kali secara berulang pada ayat satu dan dua. Menurutnya, kebiasaan kuat yang dimiliki kaum Quraisy terletak pada etos kerjanya yang tinggi. Hal inilah yang membuat suku Quraisy dihormati oleh bangsa-bangsa lain.

Dalam konteks kekinian, dapat dipahami kuatnya korelasi antara etos kerja dengan bangsa yang bermartabat. Para pekerja, mahasiswa, diplomat, birokrasi, pejabat Indonesia yang beretos kerja tinggi di dalam maupun yang sedang di luar negeri, tentu akan dihormati bangsa lain. Mereka akan mendapat jaminan keamanan dan tidak akan kelaparan di negeri orang. Dengan demikian, membangun bangsa yang besar harus dibangun dari kualitas etos kerja kita saat ini.

Dalam pemahaman setting lingkungan di atas, kaidah kepemimpinan menurut Nabi Muhammad mendapat legitimasi kebenarannya. Bahwa pemimpin besar selalu terlahir dari setting lingkungan yang besar. Maka tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa lingkungan masyarakat yang melahirkan Muhammad di Makkah adalah masyarakat jahiliyah yang pemalas. Kejahiliyahan masyarakat Makkah saat itu terletak pada aqidahnya yang menyimpang. Sedangkan kualitasnya sendiri sangat kompetitif dan bermartabat. Jadi kemunculan Islam dalam setting lingkungan yang dipilih Allah tersebut akan melahirkan para pemimpin besar.

Jadi, bagaimana kualitas etos kerja masyarakat saat ini, dipastikan akan berdampak pada kualitas pemimpin yang akan muncul di kemudian hari. Inilah tantangan umat Islam, sejauh mana kualitas yang telah dibangun, sejauh itu pula capaian pemimpin yang akan dihasilkan. Semoga momentum maulid Nabi menjadi titik peningkatan keimanan dan gerakan perbaikan bangsa.



Direktur ISCDIC

(Indonesian Student Community for Development of Islamic Civilization)

Rabu, 28 November 2007

perjuangan akan kemenangan

perjuangan akan kemenangan islam adalah proyek yang berat dan butuh energi dan waktu beberapa generasi, bukan perjuangan satu umur manusia, sehingga setiap pejuang harus bisa memahami karakter dan sifat dakwah. sehingga dakwah ini tidak bisa diusung oleh hanya satu pergerakan apalagi perorangan harus diusung oleh seluruh jamaah kaum muslimin, sehingga amat naif kemudian mau mengusung kemenangan dakwah ini hanya dengan satu jamaah apalagi jamaah yang rapuh,keropos, dakwah butuh persatuan.
begitu juga dengan KAMMI, kemenangan islam sebagai cita-cita perjuangan sebagaimana dalam prinsip gerkan kammi, tidak akan bisa terealisasi tanpa ada kerjasama dengan elemen gerakan islam yang lain, apakah dia HMI, PMII, HTI, PKS, PBB, Atau yang lain yang nyata sangat diperlukan kerjasama.
sehingga setiap kader harus bisa memahami itu, sehingga kerjasama antar gerakan harus digalakan oleh kita semua sebagaimana dalam misi kammi, sebagai perekat antar komponen umat. termasuk bagaimana mewujudkan kesejahteraan rakyat indonesia, butuh kerjasama tidak hanya dengan gerakan ekstra parlementer atau gerakan mahasiswa tetapi dengan pemerintah, partai politik, tidak ada alasan bagi kita untuk anti pemerintah dan parpol dengan buta karena parpol adalah instrumen tertinggi lembaga politik dan sangat berperan penting terhadap kebijakan sebuah negara.bukankah kita ketika kita melakukan aksi/protes selalu yang kita tujua adalah lembaga DPR/D dengan kata lain adalah parpol, sehingga sangat naif ada mahasiswa yang berinteletual tinggi tapi anti parpol.
apalagi buat kader kammi, anti parpol adalah sebuah agenda atau trend setter yang dibuat agar mahasiswa (aktivis) tidak terlibat politik dan membiarkan negeri ini dipegang oleh orang-orang rusak
yang menjadi masalah adalah pemerintah dan parpol yang seperti apa yang harus didukung, tentunya parpol yang mempunyai visi yang jelas dan kerja yang jelas terhadap perbaikan masyarakat, bukan parpol yang korup, bahkan kita harus anti terhadap parpol yang tidak berpihak pada rakyat, baik secara real maupun secara kebijakan yang diambil.
sehingga bagi kita keberpihakan terhadap pemerintah/parpol yang berlandaskan nilai-nilai islam dan kebenaran,adalah sesuatu keniscayaan dan menjadi kewajiban, sebagaimana kita harus berwala'kepada kaum muslimin dan haram terhadap orang-orang munafik, dan independensi adalah merugikan dan memperlambat akan kemenangan islam, mari kita berdiskusi
gunawan

AB 3 SEBAGAI PELOPOR

KAMMI KALTIM MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS DILANTIKNYA ANGGOTA BIASA 3 KALIMANTAN TIMUR, SEMOGA MENJADI IDEOLOGI BARU KAMMI KALTIM DALAM MERUMUSKAN PERUBAHAN UNTUK KEMENGANGAN UMAT, DAN MENJADI PELOPOR PERUBAHAN DI KALTIM
KALIMANATAN TIMUR, MERUPAKAN DAERAH KAYA DAN MERUPAKAN KARUNIA TUHAN UNTUK MANUSIA, TETAPI YANG TERJADI MASIH ADANYA KEMISKINAN SAMAPAI 682.000 JIWA SEBUAUH ANGKA YANG SANGAT BESAR YANG DIBANDINGKAN DENGAN JUMLAH PENDUDUK 2,9 JUTA TAHUN 2006. ADA APA INI?
SEBUAHA PERTANYAAN YANG HARUS DIJAWAB OLEH KADER KAMMI, DALAM SETIAP DISKUSI PADA KESIMPULAN AKHIR TERLETAK PADA PEMIMPIN, MAKA AGENDA KITA ADALAH BAGAIMANA MENGINGATKAN PEMERINTAH DAERAH YANG ADA DIKALTIM TENTANG TUGAS DAN KEWAJIABAN UNTUK MEMAKMURKAN MASYARAKAT, MARI KITA INGATKAN MEREKA, MUNGKIN MEREKA LUPA, ATAU SALAH, BUKANKAH JIHAD YANG TERTINGGI ADALAH MENGINGTAKAN PEMERINTAH DIHADAPANNYA, SEPERTI UMAR YANG AKAN DILURUSKAN OLEH ANAK MUDA DENGAN PEDANGNYA.
MARI BERGERAK..... DAN BERGERAK ....