mari bersama membangun gerakan .: Dialog Pemuda Kebangsaan KAMMI Kaltim
KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR2008

Kamis, 03 April 2008

Dialog Pemuda Kebangsaan KAMMI Kaltim


DIALOG: Tiga narasumber Chairul Akbar (kiri), Syamsir Arif (tengah) wakil Ketua KAMMI Pusat Bidang Ekpnomi dan Budi Setiawan (kanan) Deputi Menpora Bidang Kepemimpinan Pemuda, saat menyampaikan paparannya diacara dialog pemuda.(KoranKaltim/Suarno)

SAMARINDA – Memeringati Milad X Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Minggu (30/3) malam digelar dialog pemuda kebangsaan bertajuk “Dari Daerah Membangun Ketahanan dan Kemandirian Bangsa”. Dialog digelar di Aula Kantor Gubernur Kaltim.

Sebagai keynot speaker, Gubernur Kaltim Yurnalis Ngayoh diwakili Asisten III Ibnu Nirwani. Sedangkan pembicara utama Deputi Menpora Bidang Kepemimpinan Pemuda, Budi Setiawan. Dalam dialog itu, Budi meringkas sebuah negara maju pasti ketahanan dan kemandirian bangsanya akan ikut maju. Namun, jika berbicara Bangsa Indonesia, tergambar dalam benaknya susah maju disebabkan tujuh hal.
Mengutip tesis Prof Michael Potter dari Harvard jelasnya, hancurnya sebuah negara ancamannya bukan datang dari luar, melainkan dari dalam. Dalam sejarahnya, semua kerajaan yang ada di Indonesia baik Majapahit, Kutai, Mataram dan lainnya hancur dalam kurun waktu 100-170 tahun. Amerika Serikat 200 tahun hancur, sementara Uni Soviet hancur setelah 75 tahun merdeka. “Begitu juga Indonesia, hati-hati bisa hancur karena perpecahan dari dalam sendiri,” katanya.
Ditegaskannya, tujuh kelemahan yang membuat Indonesia bisa hancur pertama sifat malas yang sudah menjadi kebiasaan dan membudaya. Kedua, suka yang instant, tahunya beres tidak mau melalui proses karena menganggap semua bisa diatur. Sehingga, ada anggota DPR, bupati atau walikota yang berijazah palsu. “Mereka membeli ijazah saat mau menjadi pejabat, tanpa melalui sekolah atau kuliah.
Ketiga, bangsa kita suka gontok-gontokan. Jika selalu ribut seperti di Aceh, maka akan terjadi bencana dan pemerintah sulit untuk membangun,” imbuhnya.
Keempat lanjut Budi, banga kita suka menusuk dari belakang. “Bangsa kita sering menelingkung, tidak suka melihat orang maju dan senang melihat orang lain susah. Kelima, tidak disiplin. Terlihat tidak biasa dengan budaya antri dan susah bersistem. Keenam, tidak mau berkolaborasi (kerjasama), tapi maunya kerja sendiri-sendiri. Terakhir, etos kerja rendah. Tak ada motivasi kerja, hari ini lebih baik dari hari kemarin,” bebernya.
Untuk mengatasi hal itu, Budi menawarkan solusi berupa filosifi dengan mengambil nama toko kartun dari Negeri Matahari Terbit, Jepang, yakni “DORAEMON”. Menurutnya DORAEMON yag dijadikan duta animasi Jepang merupakan impian rakyat Jepang. Terbukti teknologi kamera 3 dimensi sudah terwujud melalui kantong ajaibnya, hanya pintu ajaibnya saja yang belum terwujud. “Orang jepang memang punya keinginan begini dan begitu, karena memang ingin maju,” katanya.
Karenanya kata Budi, pemuda Indonesia harus tahu DORAEMON itu. Disebutkannya, D adalah Dream (impian). Pemuda Indonesia harus punya impian untuk maju. Kemudian O adalah Oportunity (peluang) atau mencari peluang, R yakni Reform atau berjiwa reformis. Dilanjutkan A yakni Action untuk membuat orang percaya. Selanjutnya E, atau Energi untuk memertahankan NKRI. Di mana pemuda harus punya energi untuk bangkit membangun dan memertahankan keutuhan bangsa.
Setelah itu M, atau Metting. Di mana pemuda harus sering-sering menggelar pertemuan-pertemuan bermanfaat, bukan demo-demo. “Kemudian Organizing atau mampu menyusun kegiatan melalui organisasi serta terakhir Networking (jaringan). Pemuda harus mampu membangun jaringan, baik kepada pejabat, tokoh amsyarakat, sesama organisasi, fubernur, walikota dan pejabat lainnya. Itu sangat penting. Tanpa itu, pemuda Indonesia tetap tertinggal,” pungkasnya. (sua)

Tidak ada komentar: